A. Kebutuhan Mobilisasi dan Body Mekanik
Kemampuan bergerak bebas, melangkah dengan baik, berirama dengan maksud dan tujuan tertentu merupakan hal yang penting dalam melakukan kegiatan hidup atau suatu usaha dari manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melalui bergerak. kemampuan seseorang bergerak dalam upaya memenuhi kebutuhan sehari-hari disebut dengan mobilisasi. Pembatasan pergerakan oleh karena suatu kondisi dan keadaan disebut dengan imobilisasi. Pergerakan seseorang yang dibantu dengan alat disebut ambulasi.
1. Pengertian mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas (kosier, 1989).
2. Tujuan mobilisasi
a) Memenuhi kebutuhan dasar manusia
b) Mencegah terjadinya trauma
c) Mempertahankan tingkat kesehatan
d) Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
e) Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi
a. Gaya hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.
b. Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
d. Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
e. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
4. Tipe persendian dan pergerakan sendi
Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).
5. Toleransi aktifitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai, saat mobilisasi dan setelah mobilisasi.
Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976).
a) Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b) Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic.
c) Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
d) Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
e) Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan posisi tubuh.
f) Status emosi labil.
6. Masalah fisik
Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati pada berbagai sistim antara lain :
a) Masalah muskuloskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit.
b) Masalah urinari
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine.
c) Masalah gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.
d) Masalah respirai
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2).
e) Masalah kardiofaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.
7. Upaya mencegahkan terjadinya masalah akibat kurangnya mobilisasi
a) Perbaikan status gizi
b) Memperbaiki kemampuan monilisasi
c) Melaksanakan latihan pasif dan aktif
d) Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh).
e) Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh.
8. Macam – macam posisi klien di tempat tidur
a) Posisi fowler (setengah duduk)
b) Posisi litotomi
c) Posisi dorsal recumbent
d) Posisi supinasi (terlentang)
e) Posisi pronasi (tengkurap)
f) Posisi lateral (miring)
g) Posisi sim
h) Posisi trendelenberg (kepala lebih rendah dari kaki)
9. Manfaat mobilisasi
a) Meningkatkan harga diri dan body image
b) Memperbaiki sistem tubuh dan aktifitas yang teratur.
c) Meningkatkan derajat kesehatan
d) Mencegah ketidakmampuan
e) Memperlambat serangan penyakit degenerative
10. Body Mekanik
Body mekanik penting untuk koordinasi dan keamanan menggunakan tubuh dalam menghasilkan pergerakan dan memelihara keseimbangan selama beraktifitas.
Pergerakan yang tepat meningkatkan fungsi muskuloskeletal tubuh, mengurangi energi yang digunakan untuk pergerakan dan memelihara keseimbangan sehingga dapat mengurangi kelelahan (fatique) dan menurunkan resiko terjadinya injury.
Tujuan utama dari body mekanik adalah untuk memfasilitasi keamanan dan efisiensi penggunaan sesuai dari otot-otot.
Body mekanik terdiri dari 3 elemen dasar yaitu : Body Aliegment, Body Balance, Body Movement.
11. Mobilitas sendi
Sendi adalah unit fungsional dari muskuloskeletal system
Jumlah maksimum pergerakan yang tepat pada tulang sendi bagian tubuh tertentu seperti sagital, frontal dan transversal disebut dengan ROM. (Range Of Motion)
Tiap pergerakan sendi :fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi, rotasi, efersi, pronasi, supinasi dan lain-lain.
B. Kebutuhan Exercise / Senam Hamil
Olah raga sangat penting bagi ibu hamil, untuk tetap mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar.Namun olah raga yang dilakukan, juga harus yang sesuai dengan perubahan fisik. Senam yang pas dilakukan saat kehamilan adalah senam hamil.
Senam hamil biasanya dimulai saat kehamilan memasuki trisemester ketiga, yaitu sekitar usia 28-30 minggu kehamilan. Selain untuk menjaga kebugaran, senam hamil juga diperlukan untuk meningkatkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama proses persalinan.
1. Pengertian
Senam Hamil adalah suatu gerak atau olah tubuh yang dilaksanakan oleh ibu hamil sehingga ibu tersebut menjadi siap baik fisik maupun mental untuk menghadapi kehamilan dan persalinannya dengan aman dan alami.( Hamilton P. ( 1995 ))
2. Tujuan
a. Tujuan umum senam hamil
Melalui latihan senam hamil yang teratur dapat di jaga kondisi otot-otot dan persediaan yang berperan dalam mekanisme persalinan.
Mempertinggi kesehatan fisik dan serta pskis serta kepercayaan diri sendiri dalam menghadapi persalinan.
Membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis.
b. Tujuan khusus senam hamil
Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot –otot dinding perut,otot-otot dasar panggul,ligamen,dan jaringan serta fasia yang berperan dalam mekanisme persalinan.
Melonggarkan persendian-persendian yang berhubungan dengan proses persalinan.
Membentuk sikap tubuh yang prima,sehingga dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan,letak janin,dan mengurangi sesak nafas.
Memperoleh cara kontraksi dan relaksasi yang sempurna
Menguasai teknik-teknik pernafasan dalam persalinan
Dapat mengatur diri dalam ketenangan
3. Syarat mengikuti senam hamil
a. Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan.
b. Latihan dilakukan setelah kehamilan menapai 22 minggu.
c. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin sebaiknya laihan dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin dibawah pimpinan instruktur senam hamil. (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH.1998)
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum senam hamil
• Petugas kesehatan sebaiknya mengadakan pengawasan selama melatih
• Latihan fisikatau olahraga dapat dianjurkan, dimulai mulai kehamilan 7 bulan
• Makan yang cukup agar tenaga selalu adaTidak ada kontra indikasi melakukan senam hamil (Hamilton P. ( 1995 )).
5. Manfaat senam hamil
a. Menguasai teknik pernapasan.
Latihan pernapasan sangat bermanfaat untuk mendapatkan oksigen, sedangkan teknik pernapasan dilatih agar ibu siap menghadapi persalinan.
b. Memperkuat elastisitas otot.
Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, sehingga dapat mencegah atau mengatasi keluhan nyeri di bokong, di perut bagian bawah dan keluhan wasir.
c. Mengurangi keluhan.
Melatih sikap tubuh selama hamil sehingga mengurangi keluhan yang timbul akibat perubahan bentuk tubuh.
d. Melatih relaksasi.
Proses relaksasi akan sempurna dengan melakukan latihan kontraksi dan relaksasi yang diperlukan untuk mengatasi ketegangan atau rasa sakit saat proses persalinan.
e. Menghindari kesulitan.
Senam ini membantu persalinan sehingga ibu dapat melahirkan tanpa kesulitan, serta menjaga ibu dan bayi sehat setelah melahirkan.
Hampir di setiap rumah sakit bersalin memiliki kelas senam hamil. Ada baiknya Anda mensurvey rumah sakit tempat Anda akan bersalin, sekaligus mengikuti program senam hamil di rumah sakit tersebut.
Tapi bila lokasinya jauh dan Anda tak punya cukup waktu untuk ke rumah sakit, sebenarnya senam hamil juga bisa dilakukan sendiri di rumah. Namun senam ini harus dilakukan secara teratur, dengan kondisi yang tenang dan menggunakan pakaian yang longgar.
Petunjuk dalam melakukan senam hamil:
1) Latihan Otot Kaki
a. Duduklah dengan posisi kedua lutut diluruskan, tubuh bersandar pada kedua lengan yang diletakkan di belakang pantat.
b. Tegakkan kedua telapak kaki dengan lutut menekan kasur. Kemudian tundukkan kedua telapak kaki bersama jari-jarinya. Ulangi beberapa kali.
c. Hadapkan kedua telapak kaki satu sama lain dengan lutut tetap menghadap ke atas, kembalikan ke posisi semula. Ulangi terus sebanyak beberapa kali.
d. Kedua telapak kaki digerakkan turun ke arah bawah, lalu gerakan membuka ke arah samping, tegakkan, kembali, dan seterusnya.
e. Kedua telapak kaki buka dari atas ke samping turunkan, hadapkan, kembali ke posisi semula, dan seterusnya.
Kegunaan: Memperlancar sirkulasi darah di kaki dan mencegah pembengkakan pada pergelangan kaki.
2) Latihan Pernafasan
a. Pernafasan perut
• Tidurlah terlentang dengan satu bantal, kedua lutut dibengkokkan dan dibuka kurang lebih 20 cm.
• Letakkan kedua telapak tangan di atas perut di sekitar pusat sebagai perangsang.
• Tarik napas dari hidung dengan mulut tertutup, perut mengembang mendorong kedua tangan ke atas. Perhatikan bahwa gerakan pernafasan dilakukan dengan perut (jadi dada tidak ikut kembang kempis).
Kegunaan: Melemaskan dinding perut agar mudah diperiksa oleh dokter/bidan.
b. Pernafasan iga
• Tidur terlentang (seperti pada pernafasan perut), letakkan kedua tangan dalam posisi mengepal di iga sebagai perangsang.
• Bernapaslah seperti pada pernapasan perut, dengan pengecualian tangan menekan iga ke dalam dan iga mengembang mendorong kedua tangan ke arah samping luar.
Kegunaan: Mendapatkan oksigen sebanyak mungkin.
c. Pernapasan dada
• Tidur terlentang (seperti pada pernapasan perut), letakkan kedua tangan di dada bagian atas.
• Keluarkan napas dari mulut (tiup) dengan tangan menekan dada ke arah dalam.
• Tarik napas dari mulut dengan mulut terbuka, dada mengembang mendorong ke dua tangan ke atas.
Kegunaan: Mengurangi rasa sakit saat bersalin.
d. Pernapasan panting (pendek-pendek dan cepat)
Pernapasan ini menyerupai pernapasan dada, hanya saja irama pernapasan lebih cepat dengan gerakan napas dihentikan separuhnya (bernapas tidak terlalu dalam, pendek-pendek saja).
Kegunaan: Istirahat atau menghilangkan lelah sesudah mengejan. Juga dilakukan saat ibu sudah merasa ingin mengejan sementara pembukaan belum lengkap, supaya jalan lahir tidak bengkak atau sobek.
Semua gerakan latihan pernapasan di atas sebaiknya dilakukan enam kali sehari, di pagi hari sesudah bangun tidur dan malam hari sebelum tidur.
3) Latihan Otot Panggul
a. Tidur terlentang, kedua lutut dibengkokkan.
b. Letakkan kedua tangan di samping badan. Tundukkan kepala dan kerutkan pantat ke dalam hingga terangkat dari kasur.
c. Kempeskan perut hingga punggung menekan kasur. Rasakan tonjolan tulang panggul bergerak ke belakang.
d. Lemaskan kembali dan rasakan tonjolan tulang bergerak kembali ke depan. Ulangi gerakan ini 15-30 kali sehari.
Kegunaan: Mengembalikan posisi panggul yang berat ke depan, mengurangi dan mencegah pegal-pegal, sakit pinggang dan punggung serta nyeri di lipat paha.
4) Latihan Otot Betis
a. Berdiri sambil berpegangan pada benda yang berat dan mantap.
b. Posisikan ibu jari dan jari-jari lain menghadap ke atas.
c. Regangkan kaki sedikit dengan badan lurus dan pandangan lurus ke depan.
d. Tundukkan kepala seraya berjongkok perlahan sampai ke bawah tanpa mengangkat tumit dari lantai.
e. Setelah jongkok, lemaskan bahu. Kempeskan perut, kemudian perlahan kembalilah berdiri tegak, lepaskan kerutan. Lakukan enam kali dalam sehari.
Kegunaan: Mencegah kejang di betis.
5) Latihan Otot Pantat
a. Tidur terlentang tanpa bantal, kedua lutut dibengkokkan dan agak diregangkan.
b. Dekatkan tumit ke pantat dengan kedua tangan di samping badan.
c. Kerutkan pantat ke dalam sehingga lepas dari kasur, angkat panggul ke atas sejauh mungkin.
d. Turunkan perlahan (pantat masih berkerut), lepaskan kerutan, dsb. Ulangi enam kali sehari.
Kegunaan: Mencegah timbulnya wasir saat mengejan.
6) Latihan Anti Sungsang
a. Ambil posisi merangkak, kedua lengan sejajar bahu, kedua lutut sejajar panggul dan agak diregangkan.
b. Kepala di antara kedua tangan, tolehkan ke kiri atau ke kanan.
c. Letakkan siku di atas kasur, geser siku sejauh mungkin ke kiri dan ke kanan hingga dada menyentuh kasur. Lakukan sehari 2 kali selama 15 – 20 menit/kali.
Kegunaan: Mempertahankan dan memperbaiki posisi janin agar bagian kepala tetap di bawah.
C. Kebutuhan Istirahat / Tidur
1. Istirahat / Tidur
Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olah raga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi membuat keputusan dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun dan meningkatkan iritabilitas (Potter, dkk, 2005).
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Tidur yang cukup dapat memainkan peranan dalam membantu tubuh kita untuk pulih dari penyakit atau luka. Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur mengakibatkan kehilangan kekuatan, kerusakan pada sistem kekebalan dan meningkatkan tekanan darah (Nancy W, 2006).
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang dialami oleh seseorang, yang dapat dibandingkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Robert Priharjo, 1993).
Memperoleh kualitas tidur yang terbaik adalah penting untuk peningkatan kesehatan yang baik dan pemulihan individu yang sakit. Perawat memperhatikan klien yang seringkali mengalami gangguan tidur yang ada sebelumnya dan klien yang mengalami masalah tidur karena penyakit atau hospitalisasi. Kadang-kadang mencari pelayanan kesehatan karena mereka mempunyai masalah tidur yang mungkin telah hilang untuk disadari beberapa tahun. Klien yang sakit seringkali membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat daripada klien yang sehat sifat alamiah dari penyakit mencegah klien untuk mendapatkan istirahat dan tidur yang cukup lingkungan institusi Rumah sakit atau fasilitas peralatan jangka panjang aktivitas petugas pelayanan kesehatan dapat menyebabkan sulit tidur (Potter, dkk 2005).
Secara umum, sebagian besar orang dewasa yang sehat rata-rata memerlukan tujuh sampai sembilan jam tidur setiap malam, walaupun kebutuhan tidur setiap orang berbeda. Kebutuhan akan tidur tidak berkurang karena usia, walaupun kemampuan untuk mempertahankannya mungkin menurun (Nancy W, 2006).
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat control irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/ desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state (Iskandar J, 2002).
Tidur juga penting bagi fungsi emosional dan mental. Kurang tidur dapat mempengaruhi konsentrasi dan merusak kemampuan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan memori, belajar, pertimbangan logis, dan penghitungan matematis. Sebuah penelitian yang baru-baru ini dilaporkan dalam New York Times mengesankan bahwa kurang tidur yang kronis bisa semakin membuat proses penuaan terasa menyulitkan. Bagi Odha, ganggauan tidur dapat mengakibatkan kemerosotan mutu hidup. Misalnya, gangguan tidur dapat menyebabkan kelelahan pada siang hari dan mempengaruhi status fungsional dan mutu hidup (Nancy W, 2006).
Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius. Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cenderung meningkat, hal ini juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan dan Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita gangguan tidur. Gangguan kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol (Iskandar J, 2002).
Menurut data International of Sleep Disorder, prevalensi penyebab-penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%), gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%), psychophysiological (15%), sindroma kaki gelisah (5-15%), ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%), depresi (65%). Demensia (5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2-5%), gangguan obstruksi sesak saluran nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (<1%), narcolepsy (mendadak tidur) (0,03%-0,16%) (Iskandar J, 2002).
2. Istirahat / Tidur pada Ibu Hamil
Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan, tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak disukainya. Wanita hamil juga harus menghindari posisi duduk, berdiri dalam waktu yang sangat lama. Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang mendukung kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan tidur larut malam dan kegiatan-kegiatan malam hari harus dipertimbangkan dan kalau mungkin dikurangi hingga seminimal mungkin. Tidur malam + sekitar 8 jam/ istirahat/ tidur siang ± 1 jam. Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani, dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin.
3. Posisi Tidur Ibu Hamil
Posisi aman untuk ibu hamil sekitar 16 minggu sebaiknya ibu tidur dengan posisi miring ke sisi kiri karena posisi ini memberi keuntungan untuk janin untuk mendapatkan aliran darah dan nutrisi yang maksimal ke plasenta karena adanya vena cava inferior di bagian belakang sebelah kanan spina yang mengembalikan darah dari tubuh bagian bawah ke jantung. Juga dapat membantu ginjal untuk membuang sisa produk dan cairan dari tubuh ibu sehingga mengurangi pembengkakan (edema) di tangan, kaki dan pergelangan kaki. Tips untuk tidur dengan posisi yang lebih nyaman letakkan bantal diantara dengkul dan satu di punggung atau memilih bantal tidur untuk ibu hamil.
Hal utama yang menyebabkan kesulitan tidur ibu hamil, hal ini terjadi karena peningkatan ukuran janin berubah, yang membuat ibu hamil sulit menentukan posisi tidur yang enak. Buat ibu yang terbiasa tidur terlentang atau tengkurap sebelum hamil kehadiran janin tentu akan menyulitkan. Selain persoalan kenyamanan, ada cukup banyak pula penyebab lainnya. Beberapa diantaranya, ada yang bersumber dari factor fisik, psikologis.
Factor fisik, misalnya :
1) Sering berkemih pada ibu hamil ginjal bekerja lebih berat dari biasanya karena organ harus menyaring volume darah yang lebih banyak 30-50% sebelum hamil proses penyaringan inilah yang menghasilkan lebih banyak urine. Selain itu, karena janin dan plasenta membesar maka tekanan kandung kemih juga meningkat keseringan berkemih juga akan bertambah.
2) Peningkatan detak jantung, selama hamil kerja jantung juga meningkat jantung akan memompa lebih banyak darah selain mengirim suplay ke rahim, darah juga akan didistribusikan ke seluruh tubuh.
3) Pernafasan lebih pendek karena rahim membesar, maka kondisi ini menghasilkan tekanan pada rongga diafragma.
4) Kram kaki dan nyeri punggung
D. Kebutuhan Imunisasi
1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manuasia. Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan kuman tertentu. Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit lain. (Depkes RI, 1994)
Dalam ilmu kedokteran, imunitas adalah suatu peristiwa mekanisme pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing hingga terjadi interaksi antara tubuh dengan benda asing tersebut. Adapun tujuan imunisasi adalah merangsang sistim imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). (Musa, 1985)
Departemen Kesehatan RI (2004), menyebutkan imunisasi adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu.
2. Program Imunisasi.
Di Indonesia, program imunisasi telah dimulai sejak abad ke 19 untuk membasmi penyakit cacar di Pulau Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia ditemukan pada tahun 1972 dan pada tahun 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan Negara bebas cacar. Tahun 1977 sampai dengan tahun 1980 mulai diperkenal kan imunisasi BCG, DPT dan TT secara berturut-turut untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertusis dan tetanus neonatorum. Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut mulai diperkenalkan antigen polio dan campak yang dimulai di 55 buah kecamatan dan dikenal sebagai kecamatan Pengembangan Program Imunisasi (PPI). (Depkes RI 2000).
Pada tahun 1984, cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai 4%. Dengan strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan menjadi 73% pada akhir tahun 1989. Strategi ini terutama ditujukan untuk memperkuat infrastruktur dan kemampuan manajemen program. Dengan bantuan donor internasional (antara lain WHO, UNICEF, USAID) program berupaya mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin dan peralatan rantai dinginnya serta melatih tenaga vaksinator dan pengelola rantai dingin . Pada akhir tahun 1989, sebanyak 96% dari semua kecamatan di tanah air memberikan pelayanan imunisasi dasar secara teratur. (Abednego, 1997).
Dengan status program demikian, pemerintah bertekad untuk mencapai Universal Child Immunization (UCI) yaitu komitmen internasional dalam rangka Child Survival pada akhir tahun 1990. Dengan penerapan strategi mobilisasi social dan pengembangan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), UCI ditingkat nasional dapat dicapai pada akhir tahun 1990. Akhirnya lebih dari 80% bayi di Indonesia mendapat imunisasi lengkap sebelum ulang tahunnya yang pertama. (Depkes RI, 2000).
3. Pentingnya Imunisasi dan Penyakit Yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukkan pada program imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis-B.
Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi terhadap berbagai penyakit yang dapat dicegah. Hal ini karena kemungkinan adanya akibat yang membahayakan janin. Imunisasi harus diberikan pada wanita hamil hanya imunisasi TT untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum. Imunisasi TT harus diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak waktu TT1 dan TT2 minimal 1bulan, dan ibu hamil harus sudah diimunisasi lengkap pada umur kehamilan 8 bulan. Vaksinasi dengan toksoid dianjurkan untuk dapat menurunkan angka kematian bayi Karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus dilakukan dua kali selama hamil.
Imunisasi Interval Durasi Perlindungan
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5 Selama kunjungan antenatal pertama
4 minggu setelah TT1
6 bulan setelah TT2
1 tahun setelah TT3
1 tahun setelah TT4 -
3 tahun
5 tahun
10 tahun
A. ahun (seumur hidup)
E. Kebutuhan Traveling
Wanita hamil harus berhati-hati melakukan perjalanan yang cenderung lama dan melelahkan, karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan gangguan sirkulasi serta Oedema tungkai karena kaki tergantung jika duduk terlalu lama. Sabuk pengaman yang dikenakan di kendaraan jangan sampai menekan perut yang menonjol. Jika mungkin perjalanan yang jauh sebaiknya dilakukan dengan pesawat udara. Ketinggian tidak mempengaruhi kehamilan, bila kehamilan telah 35 minggu ada perusahaan penerbangan yang menolak membawa wanita hamil ada juga yang menerima dengan catatan keterangan dokter yang menyatakan cukup sehat untuk bepergian. Berpergian dapat menimbulkan masalah lain, seperti konstipasi / diare karena asupan makanan dan minuman cenderung berbeda seperti biasanya karena akibat perjalanan yang melelahkan.
Traveling selama kehamilan :
1. Trimester I merupakan waktu yang sangat sensitive karena rawan terjadi keguguran dan kehamilan di luar kandungan.
2. Trimester II (14-28 minggu), merupakan waktu yang ideal untuk bepergian karena rasa mual, kelelahan sudah berkurang dan resiko terjadinya kelahiran premature masih cukup lama dapat terjadi namun tetap berhati-hati.
3. Trimester III (29-40 minggu) resiko yang paling difikirkan dari bepergian adalah terjadinya kelahiran premature dan jika ingin tetap bepergian sebaiknya konsultasi dengan dokter kandungan.
Kendaraan yang dapat digunakan untuk traveling seperti mobil, kereta api, pesawat terbang. Bepergian dengan pesawat terbang saat hamil itu aman. Wanita dengan kehamilan tanpa komplikasi apapun dapat naik dengan pesawat terbang, namun hal itu akan meningkatkan resiko pembekuan pembuluh darah vena.
Kebanyakan ibu hamil, mengadakan perjalanan di trimester kedua bukan saja aman dan nyaman tetapi juga merupakan kesempatan terbaik untuk pergi bersama pasangan. Tentu saja memerlukan izin dokter, jika mempunyai tekanan darah tinggi, diabetes atau masalah medis dan kebidanan lainnya mungkin tidak akan diberi lampu hijau. Bahkan pada kehamilan beresiko rendah, perjalanan jarak jauh bukanlah ide yang baik pada trimester pertama ketika tubuh masih melakukan penyesuaian fisik dan emosional awal terhadap kehamilan. Begitu pula perjalanan jauh tidak dianjurkan pada trimester terakhir, untuk alasan yang jelas, jika mengalami persalinan dini, maka akan berada jauh dari dokter.
Sekali dokter telah mengizinkan, maka yang perlu dilakukan hanyalah membuat sedikit rencana dan beberapa tindakan pengamanan untuk menjamin perjalanan yang aman dan menyenangkan.
a. Memilih tujuan yang sesuai
Perjalanan ke tempat yang panas dan lembab mungkin tidak menyamankan karena metabolisme sudah meningkat dan membuat tubuh lebih panas. Jika memiliki tujuan seperti ini, pastikan bahwa hotel dan alat pengangkutan memiliki pendingin (AC) dan menjauh dari sinar matahari serta tetapi banyak minum.
b. Rencanakan perjalanan yang santai.
Sebuah tujuan tunggal mungkin lebih dipilih daripada tur besar atau perjalanan bisnis yang membawa ke enam kota dalam enam hari. Sebuah liburan dimana yang menentukan sendiri kecepatannya akan lebih baik daripada tur kelompok dimana pemandunyalah yang menetapkan kecepatan perjalanan.
c. Asuransikan diri
Dapatkan asuransi perjalanan untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan bahwa komplikasi kehamilan membuat anda harus mengganti rencana dan tinggal di rumah. Asuransi kesehatan perjalanan mungkin juga akan berguna jika asuransi rumah anda tidak melibatkan perawatan medis asing.
d. Membawa riwayat kesehatan
Akan selalu bijaksana, terutama ketika hamil, untuk melakukan perjalanan dengan membawa riwayat medis yang mengandung informasi tentang golongan darah, obat yang sedang digunakan dan obat yang alergi dan semua data medis yang menetap bersamaan dengan nama, alamat, nomor telepon dokter. Simpan semua obat di dalam tas yang dibawa sendiri dan bawalah tambahan cadangan obat untuk setiap obat yang diresepkan oleh dokter di dalam dompet untuk menjaga kemungkinan jika tas hilang, sementara atau selamanya di perjalanan.
e. Membawa perlengkapan pertolongan pertama untuk kehamilan
Pastikan bahwa anda membawa cukup vitamin untuk seluruh perjalanan, susu skim bubuk jika menurut perkiraan anda tidak bisa mendapatkan susu segar yang sudah dipasteurisasi (tetapi hanya mencampurkannya dengan air yang aman lihat bagian bawah), beberapa biskuit yang terbuat dari bijian utuh dan makanan kecil favorit lain yang tidak mudah rusak, plester jika peka terhadap mabuk perjalanan dan obat untuk sakit perut selama perjalanan yang telah disetujui oleh dokter, sepatu yang nyaman dan menyediakan cukup ruang untuk mengakomodasi pembengkakan kaki akibat berjalan atau bekerja terlalu lama.
f. Siapkan nama dokter spesialis kebidanan setempat
Dokter anda mungkin bisa memberikan nama dokter lokal. Jika tidak, hubungi perkumpulan dokter setempat.
g. Membawa catatan diet kehamilan
Mungkin anda sedang berlibur, tetapi bayi anda tetap bekerja keras untuk tumbuh dan berkembang dan tetap memiliki kebutuhan gizi yang sama.
h. Jangan minum air ledeng
Jangan minum air ledeng atau bahkan menyikat gigi dengannya kecuali yakin akan keamanannya. Jika di tempat tujuan kemurnian air ledengnya diragukan, rencanakan untuk menggunakan air botol untuk minum dan sikat gigi, atau bawa wadah perebus air atau pemanas yang dicelupkan ke dalam air untuk mendidihkan air ledeng.
i. Jangan berenang
Di beberapa area, danau dan lautnya sudah tercemar. Tanyakan keamanan air di tempat tujuan anda untuk memastikan keamanannya sebelum anda mencebur ke dalamnya. Juga berhati-hatilah dengan kolam renang yang tidak diklorinasi dengan benar.
j. Makan dengan hati- hati
Di beberapa area, mungkin tidak aman untuk memakan sayur atau buah yang mentah dan tidak dikupas. Di semua area, hindari makanan matang yang sekedar hangat atau bersuhu ruangan, seperti daging, ikan dan unggas mentah atau setengah matang, serta produk susu yang tidak dipasteurisasi atau tidak disimpan dalam lemari pendingin dan makanan yang dijual di pinggir jalan bahkan jika makanannya panas.
k. Mencegah ketidakaturan buang air besar
Perubahan jadwal dan diet bisa memperparah masalah sembelit. Untuk menhindarinya, pastikan bahwa anda cukup mendapatkan ketiga pencegah sembelit: serat, cairan dan olahraga. Mungkin juga membantu jika anda makan sarapan sedikit lebih awal sehingga anda mempunyai waktu untuk duduk di kamar mandi sebelum anda harus berangkat pergi.
l. Buang air kecil atau besar ketika merasakan dorongannya
Jangan memberi kesempatan pada infeksi saluran kemih atau sembelit dengan meninda perjalanan ke kamar mandi. Pergilah segera mungkin ketika merasakan dorongannya.
m. Mendapatkan dukungan yang dibutuhkan
Yaitu dukungan dari stocking. Terutama jika anda sedang mengalami varises tetapi bahkan jika anda menduga bahwa anda peka terhadapnya kenakan stocking yang memberi sanggahan ketika anda akan banyak duduk. Misalnya di dalam mobil, pesawat atau kereta api.
n. Tetap bergerak
Duduk lama akan menghambat peredaran darah di tungkai, jadi pastikan bahwa anda sering bergerak di tempat duduk anda, meregangkan, menekuk, menggoyangkan dan memijat tungkai dan jangan menyilangkan kaki. Jika mungkin, lepaskan sepatu dan tinggikan kaki. Bangunlah sedikitnya satu atau dua jam sekali untuk berjalan di sepanjang gang, ketika anda berada di pesawat udara atau kereta api. Ketika mengadakan perjalanan dengan mobil jangan berjalan selama dua jam tanpa berhenti sebentar untuk berjalan dan meregang. Ketika duduk lakukan gerak badan sederhana.
o. Jika perjalanan dengan pesawat udara
Tanyakan terlebih dahulu apakah perusahaan memiliki peraturan untuk ibu hamil. Aturlah terlebih dahulu agar bisa duduk di bagian yang atapnya lebih tinggi atau jika tidak ada pemesanan tempat duduk, lakukanlah sebelum anda naik ke pesawat. Jangan melakukan penerbangan di kabin yang tekanan udaranyatidak disesuaikan ketika memesan tiket pesawat tanyakan apakah tersedia makanan yang menyediakan protein. Kenakan sabuk keselamatan dengan nyaman di bawah perut.
p. Jika perjalanan dengan mobil
Untuk perjalanan panjang, pastikan tempat duduk nyaman. Jika tidak, pertimbangkan untuk membeli atau meminjam bantal khusus untuk menyangga punggung. Jika anda mengemudi, duduklah semundur mungkin dan angkat tangkai kemudi sejauh mungkin dari perut anda. Selalu kenakan sabuk keselamatan.
q. Jika perjalanan dengan kereta api
Periksa untuk memastikan bahwa ada gerbong makan dengan menu yang lengkap. Jika melakukan perjalanan malam, mintalah tempat duduk dimana anda bisa tidur. Bawalah makanan besar atau kecil yang memadai.
F. Kebutuhan Persiapan Laktasi
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami pembesaran karena pertumbuhan dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja yang berperan dalam produksi ASI.
Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini dipengaruhi oleh lama dan frekuensi pengisapan ( suckling). Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya suckling yang akan menstimulasi sel-sel mioepitel untuk mengeluarkan ( ejection) ASI. Hal ini dikenal dengan milk ejection reflex atau let down reflex yaitu mengalirnya.
ASI dari simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi melalui puting susu. Terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda yaitu kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang (mature). Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah.
ASI matang adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi yaitu 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam. Dinegara industri rata-rata volume ASI pada bayi dibawah usia 6 bulan adalah 750 gr/hari dengan kisaran 450 – 1200 gr/hari (ACC/SCN, 1991). Pada studi Nasution.A (2003) volume ASI bayi usia 4 bulan adalah 500 – 800 gr/hari, bayi usia 5 bulan adalah 400 – 600 gr/hari, dan bayi usia 6 bulan adalah 350 – 500 gr/hari.
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
1. Frekuensi Penyusuan
Pada ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi. ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu. Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2. Berat Lahir
Mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. Menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4. Umur dan Paritas
Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI.Menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 25 bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali.
5. Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu khususnya kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.
6. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung.
Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat badan bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI, meliputi protein, karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu.
Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan tidak langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol (Matheson, 1989).
DAFTAR PUSTAKA
Imelda,Rina.2009.Panduan Kehamilandan Perawatan Bayi dari A-Z.Surabaya:Victory
Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar.2003.Senam Ibu Hamil.Padang:Jica
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.1992.Petunjuk Pelaksana Program Imunisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar