Bagiku pantai bukan sekedar tempat rekreasi untuk refreshing. Banyak
yang bisa dipelajari di sini. Di pantai kita bisa merasakan betapa
kecilnya kita dibandingkan dengan kekuasaan Allah. Betapa kecil dan
tidak ada apa-apanya diri ini di hadapan Allah. Apa yang hendak
disombongkan, tak ada yang pantas. Hanya mampu bersyukur atas nikmat
hidup dan kehidupan yang dikaruniakan-Nya.
SUBHANALLAH
ALHAMDULILLAH
LAAILAHAILLALLAH
ALLAHUAKBAR
Sering ketika hati gundah, aku mendatangi pantai. Ketika dzikir yang
aku lakukan masih belum bisa mendatangkan ketenangan jiwa, aku sengaja
ingin mendengar dzikir yang dilakukan oleh para penghuni laut. Lihatlah
ombak yang menggelegar sangat kuat menerpa pantai, itulah bentuk dzikir
mereka terhadap Sang Maha Pencipta.
Laut berlaku bijak. Ia tidak protes terhadap apapun yang diberikan
kepadanya. Ia menerima apapun yang dikirimkan oleh sungai. Walaupun
berupa sampah bahkan terkadang bangkai. Semua diterima dengan ikhlas,
ditelannya di dalam misteri kedalaman samudera. Tidak pernah dendam.
Lalu kenapa hati kita tidak bisa seperti laut. Menjadi hati yang selalu
berdizkir kepada Rabb. Selalu mentasbihkan Asma Sang Maha Pencipta?
Mari belajar dari laut. Bersyukur dalam setiap keadaan. Kita belajar
agar hati bisa selapang samudera. Marah, emosi tidak stabil dihadapi
dengan istighfar. Gundah dihadapi dengan dzikir dan do’a. Berlapang dada
atas setiap ketentuan-Nya. Menjadi hati yang bebas merdeka tanpa mudah
patah.
***
Aku ingin mencintai-Mu
Tuhan betapa aku malu atas semua yang Kau beri padahal diriku terlalu sering membuat-MU kecewa
Entah mungkin karna ku terlena sementara Engkau beri aku kesempatan berulang kali agar aku kembali
dalam fitrahku sebagai manusia untuk menghambakan-MU
betapa tak ada apa-apanya aku dihadapan-MU
aku ingin mencintai-MU setulusnya, sebenar-benar aku cinta
dalam do’a dalam ucapan dalam setiap langkahku
aku ingin mendekati-MU selamanya
sehina apapun diriku, kuberharap untuk bertemu dengan-MU ya Rabbi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar